Makalah Akhlak Tasawuf tentang Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Bentuk Akhlak


                                                                            
MAKALAH AKHLAK TASAWUF
“ Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Bentuk Akhlak”

        

          Tugas Kelompok
           Dosen pengampu : Drs. Sokhibi, M.PdI
          Semester : III
         Kelas A

 PENYUSUN :
Herly Susanti ( 11.01.2083 )
       Fauzi Alharis ( 11.01.2080 )


  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) BREBES
  TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013


KATA PENGANTAR
                                                                                     
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan tugas dari dosen kami, Bapak Drs. Sokhibi, M. PdI  selaku pengampu materi Akhlak Tasawuf.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



  Bumiayu, 29 September 2012
                                                                                                  Penyusun,






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………   i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..  ii
BAB I PENDAHULUAN  ……………………………………………………………………  1
A.    Latar Belakang ……………………………….…………………………………  1
B.     Tujuan Penulisan …….…………………………………………………………  1
C.     Rumusan Masalah ……………………………………………………………...  1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………..   2
     A.  Aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak ……………………….  2
                        1. Insting …………………………………………………………………………..  2
                        2. Adat atau Kebiasaan  ……………………………………………………………  4 
                        3. Keturunan ……………………………………………………………………….  6
                        4. Lingkungan……………………………………………………………………..   6
                        5. Pendidikan ……………………………………………………………………..   9
                        6. Kehendak ………………………………………………………………………  10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….  11
A.    Kesimpulan ……………………………………………………………………. 11
B.     Saran …………………………………………………………………………..  11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….  12




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah Beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah didalam Al-Qur’an. Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diharuskan agar keluhuran akhlak dan budi Rasulullah SAW dapat dijadikan contoh dalam khidupan sehari-hari. Mereka yang mematuhi perintah ini dijamin keselamatan hidupnya baik didunia maupun akhirat. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak mulia.

B.     Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para mahasiswa bisa memahami kriteria akhlak mulia dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi pembentukan akhlak mulia, dengan harapan agar kedepannya para pembaca bisa memiliki akhlaqul karimah.

C.     Rumusan Masalah
Untuk mencapai akhlak yang mulia dipengaruhi oleh beberapa factor, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak ?
2. Adakah pengaruh antara insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, pendidikan, kehendak dengan pembentukan akhlak seseorang ?
3. Seberapa besarkah pengaruh antara  insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, pendidikan, kehendak dengan pembentukan akhlak seseorang ?




BAB II
PEMBAHASAN

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a.       Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain. Buktinya , begitu bayi lahir ia dapat mencari tetek ibunya dan mehisap air susu ibunya tanpa diajari lagi.
  1. Naluri Berjodoh (seksual instinct). Dalam alquran diterangkan yang artinya :
       `Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÜ»oYs)ø9$#otÜZs)ßJø9$#
( QS. Ali Imran : 14 )
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
[186]  yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Kalimat yang dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".

  1. Naluri Keibubapakan (peternal instinct)  
Tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d.      Naluri Berjuang (combative instinct).
Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang oleh musuh, maka ia akan membela dirinya.

e.       Naluri Bertuhan.
Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam naluri beragama.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
Selain kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang sering dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya :
-          Insting ingin tahu dan memberitahu
-          Insting suka bergaul
-          Insting suka meniru
-          Insting takut dan lain- lain.

Insting merasa takut berpakar para manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai masuk liang kubur. Antar insting ini dengan insting lainnya saling berdesak-desakan. Seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui, dan bercumbu-cunbuan,. Sehingga menghambat untuk lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak  perilaku sesuai pula dengan corak instingnya. Prilaku seseorang akan mencerminkan akhlaknya, jika prilaku baik maka akhlaknya juga baik.

2. Adat / Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
Segala perbuatan, baik atau buruk, akan menjadi adat kebiasaan karna dua faktor: “ kesukaan hati kepada sesuatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan, dan dengan di ulang- ulang secukupnya”. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan saja, (yakni mengerakkan anggota tubuh dengan perbuatan), tidak ada gunanya dalam pembentukan adat kebiasaan.
Seperti seseorang yang sakit yang berulang-ulang menelan obat yang sangat pahit yang tidak di sukainya, mengharap lekas sembuh supaya tidak menelannya lagi, baginya penelanan obat itu tidak menjadi adat kebiasaan.
Seperti  seorang murid yang malas pergi ke sekolah, dia pergi kesekolah hanya karna tekanan orang tua, sehingga apabila tidak ada tekanan orang tua tersebut ia tidak mau pergi ke sekolah. Akan tetapi kita melihat peminum minuman keras yang di ulang- ulangi meminum minuman keras tersebut.
Alasan dalam contoh ini adalah, bahwa orang yang sakit itu hatinya tidak suka minum obat, padahal ia ingin sehat kembali. Maka karna kesukaan hati dalam suatu perbuatan dan mengulanginya tidak nyata ada, sehingga tidak menjadi adat kebiasaan.
Demikian juga seorang murid yang hatinya tidak suka pergi kesekolah, dimana ia hanya pergi karna tekanan orang tua, hal itu tidak dikatakan kebiasaan. Ada pun peminum minuman keras yang suka meminum minuman keras dan kesukaan ini diualng - ulanginya, maka hal inilah yang menjadi adat kebiasaan.
Mengulangi sesuatu hal, dengan kesukaan hati saja tidak cukup dikatakan suatu kebiasaan. Barang siapa yang ingin berulang kali ingin meminum minuman keras, akan tetapi tidak mengulangi maka hal itu tidak menjadi kebiasaan. Dengan demikian suatu hal yang akan menjadi suatu adat kebisaan karna keinginan hati dan dilakukannya, serta di ulang - ulanginya.


Fungsi kebiasaan  adalah:
      a.   Memudahkan perbuatan
Seperti percakapan yang kita lakukan, yang menghabiskan beberapa tahun untuk mempelajarinya, dan mempergunakan kerongkongan, lidah, langit - langit, dan bibir. Dan terkadang untuk mengucapkan sepatah kata mempergunakan semua anggota tersebut. Anak kecil berangsur - angsur dari mengucapkan beberapa huruf yang mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat berbicara dengan tidak terasa sukar sedikitpun.

      b.   Menghemat waktu dan perhatian
Perbuatan yang diulang - ulang dan menjadi kebiasaan, maka seseorang dapat melakukan dalam waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian yang banyak.
Contohnya kita menulis,  yang membutuhkan beberapa  waktu dan perhatian yang sempurna dan mempersiapkan segala pikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan dapatlah seseorang menulis beberapa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis satu baris, dan dapat pula sambil menulis pikirannya melayang ke lain jurusan. Maka kehidupan kita bertambah - tambah ratusan kali karna kebiasaan.
Contoh lain yaitu, perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri merupakan kebiasaan yang menjadikan tangan kanan lebih tangkis, lebih cepat mempelajarinya, dan apabila tangan kanannya hilang, orang dapat mengerjakan dengan tangan kirinya, apa yang dikerjakan tangan kanannya, bahkan banyak orang yang hilang kedua tangannya, lalu bisa mengerjakan dengan kedua kakinya apa yang dahulu dikerjakan dengan kedua tangannya.
           


Ada beberapa cara untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk, yaitu:
       a). Berniat sungguh - sungguh.
      Niat tersebut tidak ada perasaan ragu - ragu. Kita harus mau meletakkan diri ketempat      yang cocok dengan kebiasaan yang baik. Kemudian mengikat lawan adat kebiasaan yang buruk. Janganlah mengulangi perbuatan yang buruk lagi.kerjakan niat tersebut dengan kekuatan yang besar.
      b). Menghindari kebiasaan  yang buruk, sekaligus meninggalkannya
    c). Carilah waktu yang baik untuk memperbaiki niatmu, kemudian ikutilah segala gerak jiwa yang menolong perbaiki niat tersebut.
    d). Jagalah pada dirimu  kekuatan penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam jiwamu, dengan mendarmakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk mengekang hawa nafsumu, karna yang demikian itu dapat menolong engkau untuk menghadapi segala penderitaan kalau datang waktunya.


3. Wirotsah (keturunan)
Maksudnya adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.

4.Milieu / Lingkungan
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat.


Milieu ada 2 macam:
a.       Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang.
Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
b.      Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.

2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
selanjutnya yg artinya :
setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori).
Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur’an, karena orang yang membawa(lafal) al-Qur’an akan berada dibawah perlindungan Allah,  di hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, bersama para nabi dan kekasihnya.(HR.al-Dailami dari Ali). Hal ini sesuai pula dengan perlakuan lukmanul hakim kepada anaknya seperti ayat dibawah ini :
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

[1180]  Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Dan dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak  ada dua, yaitu faktor dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua, guru disekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

5.      Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Begitu pula apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya, dan pernciptanya(Tuhan).
Dengan demikian , strategis sekali dikalangan pendidiakn dijadikan pusat perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agent perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari tenaga pendidik (pengajar) perlu memiki kemampuan profesionallitas dalam bidangnya. Dia harus mampu memberikan wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing anak didiknya, ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha terus menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.
Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi itu akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar. Penguasaan metodologis pengajaran yang dilakukan pendidik juga akan berperan aktif dalam mempengaruhi akhlak siswa.
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari masing – masing anak yang berlainan. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya, lancar pembicarannya, pandai pemikirannya dan sebagainya. Kondisi kepribadian anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak satu, dengan anak lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kerpribadian anak.
Dengan demikian lingkungan pendidikan sangat memengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadiannya. Jika lingkungan pendidikan anak itu baik maka akhlaknya juga baik.

6. Kehendak
Kehendak  (bahasa Inggris: will) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.












BAB III
      PENUTUP



A.    Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak seseorang yaitu :
1.      Insting
2.      Keturunan
3.      Lingkungan
4.      Kebiasaan
5.      Pendidikan
6.      Kehendak
Semua aspek di atas besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak seseorang.


B.     Saran
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA


                Deswita, Akhlak Tasawuf,   (Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2010) h. 93
                Ahmad Amin,  Etika Ilmu Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang,  1952) h. 21
 Ibid. h. 22
Zahrudin,  Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada ,  2004 ) h. 93
Deswita . op. cit. h. 92
 Mustofa,  Akhlak tasawuf , (Bandung: Pustaka Setia, 1999) h. 110
Ahmad Amin,  Op. cit  h. 41
Mustofa, Op. cit  h. 92



 

herlysusantii*aseekaseek © 2012 | Designed by Tagamet for warts

Thanks to: No Deposit Casino Bonus, Spielautomaten and Bajar de peso